Senin, 29 Desember 2008

Peluang Investasi di Tahun 2009





Peluang Investasi di Tahun 2009

MARSUDHI KANG

Tak terasa tahun 2008 hampir berakhir. Ada beberapa program yang berjalan sesuai harapan, namun ada juga yang meleset dari target. Krisis keuangan global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage barangkali hampir tak pernah terlintas dari pikiran kita semua. Apa mau dikata, gelombang krisis melanda hampir seluruh penjuru dunia. Banyak yang gugur berjatuhan tapi tak sedikit juga yang bisa memanfaatkan momentum untuk meraih keuntungan.

Di Amerika, sesaat lagi Barack Obama akan dilantik menjadi presiden. Beliau memang sosok yang dicintai terutama dari sisi perdamaian, persamaan hak, dan antiperang. Namun bukan berarti hal yang mudah untuk memperbaiki perekonomian Amerika yang telanjur carut marut. Sementara di Indonesia, pemilihan umum hanya tinggal menghitung hari. Orang bilang Indonesia sudah jauh lebih mantap dan dewasa dalam hal demokrasi. Ada yang bilang tahun 2009-2010 mungkin akan menjadi titik terparah resesi ini.

Lalu, strategi investasi apa yang manjur untuk tahun depan?

Ubah Mindset Anda

Kekayaan, sekali lagi, bukan soal seberapa besar penghasilan Anda—-melainkan seberapa besar Anda bisa menabung dan menyisihkannya untuk berinvestasi. Seseorang dengan gaji Rp 10 juta dengan pengeluaran Rp 9 juta per bulan tak lebih baik dari mereka yang bergaji hanya Rp 3 juta tapi bisa menyisihkan Rp 1,5 juta per bulannya untuk berinvestasi. Karenanya, sebelum merencanakan investasi Anda di tahun 2009, cek kembali cashflow Anda tiap bulannya.

Tentu saja ada banyak yang bisa dihemat demi menambah pundi investasi Anda. Salah satunya adalah kurangi konsumsi dan belanja kartu kredit (yang berbunga sangat tinggi). Saya misalnya, lebih suka membayar tunai daripada secara gesek karena ada rasa “sayang” ketika harus mengeluarkan uang. Hal ini bisa membuat saya lebih hati-hati ketika berbelanja. Di sisi lain, Anda juga perlu menyisihkan sebagian dana untuk cadangan (emergency fund) di tempat yang aman dan likuid. Tentu kita tidak mengharapkan hal buruk terjadi, namun tidak ada salahnya sedia payung sebelum hujan.

Kencangkan Ikat Pinggang

Di Amerika sedang ngetren One Dollar Diet Project, tentang sepasang guru sekolah yang mencoba untuk hidup (makan) hanya dengan US$1 per hari. Beritanya sudah dimuat di media terkemuka seperti New York Times dan majalah People hingga ditayangkan di Fox dan Oprah Winfrey show. Ide ini menarik karena ternyata menghabiskan uang lebih sedikit tidak selalu berarti mengorbankan citarasa dan kesehatan sebuah menu.

Sekitar 200 tahun lalu Benjamin Franklin berujar, “If you would be wealthy, think of saving as well as getting.” When you earn a dollar, try to save a minimum of 20 cents—-barangkali itulah salah satu nasihat terbaik untuk meraih kebebasan finansial. Sederhana diucapkan tapi tak pernah mudah dipraktekkan. Mengabaikan ponsel baru yang gencar diiklankan atau teman yang pamer gonta-ganti kendaraan, jelas bukan pekerjaan yang gampang. Itulah mengapa persentase orang kaya jauh lebih kecil daripada mereka yang biasa-biasa saja.

Lebih Rasional

Tahun 2009 nanti selayaknya dimulai dengan perencanaan keuangan yang lebih hati-hati. Program di tahun ini yang terbukti sukses, bisa terus dilanjutkan. Tentu ada baiknya untuk tidak melulu fokus pada jangka pendek, tetapi lebih diarahkan untuk jangka panjang. Leonardo da Vinci bilang, “Simplicity is the ultimate sophistication.” Saya rasa hal ini berlaku juga di bidang investasi. Sederhanakan segalanya sehingga mudah bagi Anda untuk mengendalikannya karena semua masih berada dalam jangkauan.

Mulai saat ini Anda juga harus lebih peduli terhadap hal-hal remeh yang sering terlupakan. Misalnya, kalau Anda berinvestasi dalam reksadana, perhatikan baik-baik operating expenses, komisi penjualan, turnover costs yang tersembunyi, hingga soal pajak. Kalau Anda berinvestasi dalam saham, ada baiknya untuk memperhatikan tingkat turnover Anda termasuk komisi broker dan pajak (capital gain) yang harus dibayar. Siapa tahu masih ada banyak pos-pos yang sebetulnya bisa Anda perbaiki lagi.

Lebih Hati-hati

Situasi krisis di satu sisi membuat orang jadi buta dan kalap—-peluang apapun langsung disambar. Di sisi lain, greed ini seringkali dimanfaatkan oleh sebagian orang yang oportunis dan mencoba mengambil kesempatan. Saya berani bertaruh bahwa tahun depan pasti lebih banyak lagi berita-berita tentang penipuan berkedok investasi dan sejenisnya. Oleh karenanya, berhati-hatilah sebelum Anda menempatkan investasi Anda.

Jangan malas untuk membaca prospektus suatu investasi atau mencari informasi yang diperlukan bila ada hal-hal yang Anda kurang paham. Hal ini memang melelahkan (dan membosankan). Tapi percayalah, jauh lebih baik menghabiskan sedikit waktu untuk belajar daripada kehilangan uang gara-gara kecerobohan Anda sendiri. Lagipula, belajar sesuatu yang baru (seperti soal investasi dan keuangan) tak pernah ada ruginya, bukan?

Saham, Obligasi, Reksadana?

Kemana harus menaruh dana di tahun 2009? Ini jelas bukan pertanyaan mudah. Deposito masih dijamin pemerintah (LPS) hanya sebesar suku bunga 10%. Artinya, deposito hanya tempat untuk memarkir uang sementara, bukan untuk mengharap return. Kalau Anda tertarik, Obligasi Ritel Indonesia (ORI) juga boleh dilirik. Return yang ditawarkan mungkin hanya berkisar 12-14% namun risiko gagal bayarnya (nyaris) tidak ada. Namun return sebesar itu bagi sebagian orang kurang menarik karena belum mengkompensasi risiko inflasi.

Pilihan saya (disclaimer) ada di saham. Saat ini banyak emiten bagus yang harga sahamnya terdiskon cukup lumayan. Ada beberapa jagoan sektor perbankan, infrastruktur, consumer goods, manufaktur, dan telekomunikasi yang bisa dilirik. Kalau Anda punya amunisi lebih, tak ada salahnya mengambil saham-saham berbasis komoditas untuk jangka panjang selagi harganya masih relatif murah. Kalau diparingi (diberi) rejeki berlebih, saya ingin masuk ke properti di tahun depan.

Diversifikasi (Lagi)

Aturannya sederhana: makin “soft” suatu aset, maka akan makin mudah harganya dipermainkan; begitu juga sebaliknya. Inilah yang terjadi saat ini. Harga saham bisa diputarbalikkan dengan mudah, kurs mata uang naik turun seenaknya sendiri, reksadana dibanting harganya hingga tak lebih dari separonya. Di tengah situasi yang tak menentu, ada baiknya Anda mendiversifikasikan sebagian kekayaan Anda dalam bentuk hard asset seperti tanah (properti), logam mulia, atau barang-barang koleksi.

Jaman serba susah seperti ini juga bukan berarti haram bila Anda tertarik untuk terjun ke bisnis (sektor riil). Risiko tentu saja ada, namun bisa diminimalkan dengan masuk ke sektor-sektor usaha yang kebal krisis seperti makanan atau kelontong misalnya. Keuntungan lainnya, bank-bank sedang menurunkan suku bunga kreditnya. Ini bisa jadi kesempatan bagus untuk mendapatkan pinjaman produktif yang berbiaya (relatif) rendah.

Sound Financial Lifestyle

John Bogle, pakar investasi terkemuka, berpesan, “Choose a sound financial lifestyle. Start early and invest regularly. Know what you’re buying. Preserve your buying power. Keep costs and taxes low. Diversify your portfolio.” Investor yang mengikuti nasihat tersebut terbukti bisa mendapatkan return yang lumayan kendati situasi pasar begitu turbulen. Kebiasaan-kebiasaan kecil semacam itulah yang kelak akan menyumbang kesuksesan investasi kita.

Lagi-lagi, investasi membutuhkan perencanaan yang matang, komitmen yang kuat, kesabaran, serta wawasan yang berorientasi jangka panjang. Tapi itu semua juga belum tentu menjamin kesuksesan investasi Anda. Yang bisa kita perbuat hanya berencana dan berusaha sebaik kita mampu sembari tetap rendah hati dan bijak dalam melangkah. Selebihnya, serahkan pada yang di atas. Dan jangan lupa, dermakan sebagian keuntungan investasi Anda bagi mereka yang membutuhkan.